Tokoh
alim ulama pendiri perguruan Islam Jamiatul Khair pada 1901. Nama
lengkapnya Habib Abubakar bin Ali bin Abubakar bin Umar Shahab.
Kelahiran Jakarta tanggal 28 Rajab 1288 H (1874 M) dan meninggal di
Jakarta 18 Maret 1944. Ayahnya bernama Ali bin Abubakar bin Umar Shahab
kelahiran Damun, Tarim, Hadramaut, sedangkan ibunya bernama Muznah
binti Syech Said Naum, merupakan keturunan Arab yang mewakafkan
tanahnya di kawasan Kebon Kacang, Tanah Abang untuk pemakaman.
Pada tahun 1297 H, saat berusia 10 tahun, bersama ayahnya serta saudaranya Muhammad dan Sidah, berangkat ke Hadramaut. Di sana Abubakar menuntut ilmu dari berbagai guru terkenal, baik di Damun, Tarim, maupun Seywun, di samping mendatangi tempat pengajian dan pertemuan dengan sejumlah ulama terkemuka. la kembali ke Indonesia melalui Syihir, Aden, Singapura dan tiba kembali ke Jakarta pada tanggal 3 Rajab 1321 H. Setelah mendapat gemblengan selama tiga belas tahun di Hadramaut. Kemudian mendirikan Jamiatul Khair bersama Abubakar bin Ali Shahab dan sejumlah pemuda Alawiyyin. Pada tanggal 1 Mei 1926, saat usianya 50 tahun, untuk kedua kalinya kembali berangkat ke Hadramaut disertai dua orang putranya Hamid dan Idrus. Mereka singgah di Singapura, Malaysia, Mesir dan Mukalla sebelum tiba di Damun, 20 Dzulqaidah 1344 H. Di tempat yang disinggahinya ia selalu belajar dengan para guru dan sejumlah habib. Di Hadramaut ia memperbaiki sejumlah masjid, diantaranya Masjid Al-Mas, bahkan juga membangun Masjid Sakran. Habib Abubakar tidak pemah jemu berjuang untuk kejayaan Islam dan Alawiyyin.
Pada 27 Syawal1354 H, Habib Abubakar sampai di Jeddah untuk menunaikan ibadah haji. Kedatangannya di tanah suci bersamaan dengan kedatangan Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi dari Kwitang, seorang ulama besar dari Jakarta yang menjadi sahabat karibnya. Pada tanggal 11 Safar 1356 H (23 April 1937), kembali pulang ke Jakarta. Selama berada di Indonesia kegiatan sosial dan pendidikan menjadi perhatian utamanya. Perjuangannya untuk kemajuan agama tidak pernah berhenti, melalui pengorbanan tenaga dan mendermakan harta bendanya. Sebagai wakil dari Ai Rabithah Al Alawiyyah, telah beberapa kali ditugaskan mencari dana baik untuk kepentingan kelompok Alawiyyin maupun masyarakat luas.
Pada tahun 1297 H, saat berusia 10 tahun, bersama ayahnya serta saudaranya Muhammad dan Sidah, berangkat ke Hadramaut. Di sana Abubakar menuntut ilmu dari berbagai guru terkenal, baik di Damun, Tarim, maupun Seywun, di samping mendatangi tempat pengajian dan pertemuan dengan sejumlah ulama terkemuka. la kembali ke Indonesia melalui Syihir, Aden, Singapura dan tiba kembali ke Jakarta pada tanggal 3 Rajab 1321 H. Setelah mendapat gemblengan selama tiga belas tahun di Hadramaut. Kemudian mendirikan Jamiatul Khair bersama Abubakar bin Ali Shahab dan sejumlah pemuda Alawiyyin. Pada tanggal 1 Mei 1926, saat usianya 50 tahun, untuk kedua kalinya kembali berangkat ke Hadramaut disertai dua orang putranya Hamid dan Idrus. Mereka singgah di Singapura, Malaysia, Mesir dan Mukalla sebelum tiba di Damun, 20 Dzulqaidah 1344 H. Di tempat yang disinggahinya ia selalu belajar dengan para guru dan sejumlah habib. Di Hadramaut ia memperbaiki sejumlah masjid, diantaranya Masjid Al-Mas, bahkan juga membangun Masjid Sakran. Habib Abubakar tidak pemah jemu berjuang untuk kejayaan Islam dan Alawiyyin.
Pada 27 Syawal1354 H, Habib Abubakar sampai di Jeddah untuk menunaikan ibadah haji. Kedatangannya di tanah suci bersamaan dengan kedatangan Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi dari Kwitang, seorang ulama besar dari Jakarta yang menjadi sahabat karibnya. Pada tanggal 11 Safar 1356 H (23 April 1937), kembali pulang ke Jakarta. Selama berada di Indonesia kegiatan sosial dan pendidikan menjadi perhatian utamanya. Perjuangannya untuk kemajuan agama tidak pernah berhenti, melalui pengorbanan tenaga dan mendermakan harta bendanya. Sebagai wakil dari Ai Rabithah Al Alawiyyah, telah beberapa kali ditugaskan mencari dana baik untuk kepentingan kelompok Alawiyyin maupun masyarakat luas.
loading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar