By:
H. Abdul Somad, Lc., MA.
somadku@yahoo.com
somadmorocco.blogspot.com
عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا ».
Dari Nafi’, dari Ibnu Umar, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Jadikanlah shalat terakhir kamu pada waktu malam adalah shalat Witir”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا مُلاَزِمُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنِى عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بَدْرٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ طَلْقِ بْنِ عَلِىٍّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « لاَ وِتْرَانِ فِى لَيْلَةٍ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ. وَاخْتَلَفَ أَهْلُ الْعِلْمِ فِى الَّذِى يُوتِرُ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ ثُمَّ يَقُومُ مِنْ آخِرِهِ فَرَأَى بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَمَنْ بَعْدَهُمْ نَقْضَ الْوِتْرِ وَقَالُوا يُضِيفُ إِلَيْهَا رَكْعَةً وَيُصَلِّى مَا بَدَا لَهُ ثُمَّ يُوتِرُ فِى آخِرِ صَلاَتِهِ لأَنَّهُ « لاَ وِتْرَانِ فِى لَيْلَةٍ ». وَهُوَ الَّذِى ذَهَبَ إِلَيْهِ إِسْحَاقُ. وَقَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَغَيْرِهِمْ إِذَا أَوْتَرَ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ ثُمَّ نَامَ ثُمَّ قَامَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ يُصَلِّى مَا بَدَا لَهُ وَلاَ يَنْقُضُ وِتْرَهُ وَيَدَعُ وِتْرَهُ عَلَى مَا كَانَ. وَهُوَ قَوْلُ سُفْيَانَ الثَّوْرِىِّ وَمَالِكِ بْنِ أَنَسٍ وَابْنِ الْمُبَارَكِ وَالشَّافِعِىِّ وَأَهْلِ الْكُوفَةِ وَأَحْمَدَ. وَهَذَا أَصَحُّ لأَنَّهُ قَدْ رُوِىَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَدْ صَلَّى بَعْدَ الْوِتْرِ. (الترمذي).
Hannad menceritakan kepada kami, Mulazim bin ‘Amr menceritakan kepada kami, Abdullah bin Badr menceritakan kepada saya, dari Qais bin Thalq bin Ali, dari Bapaknya, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada dua Witir dalam satu malam”. Abu Isa berkata, “Ini hadits hasan Gharib”.
Para ulama berbeda pendapat tentang orang yang telah melaksanakan shalat Witir pada awal malam, kemudian ia bangun di akhir malam, sebagian ulama dari kalangan shahabat nabi dan setelah mereka berpendapat Witir tersebut dibatalkan dengan menambahkan satu rakaat, kemudian melaksanakan shalat malam sesuai yang ia kehendaki. Kemudian melaksanakan Witir pada akhir shalatnya, karena tidak boleh ada dua shalat Witir dalam satu malam. Ini adalah pendapat Ishaq.
Sebagian ulama dari kalangan shahabat nabi dan lainnya berpendapat, jika seseorang telah melaksanakan shalat Witir pada awal malam, kemudian ia tidur, kemudian ia bangun pada akhir malam, maka ia (boleh) melaksanakan shalat sesuai yang ia kehendaki, ia tidak perlu membatalkan Witirnya, ia biarkan shalat Witir yang telah ia laksanakan seperti apa adanya. Ini adalah pendapat Sufyan ats-Tsauri, Malik bin Anas, Ibnu al-Mubarak, Imam Syafi’i, penduduk Kufah dan Imam Ahmad bin Hanbal. Pendapat ini lebih shahih, karena terdapat beberapa riwayat dari Rasulullah Saw menyebutkan bahwa beliau melaksanakan shalat setelah shalat Witir. (HR. At-Tirmidzi).
Hadits ini shahih menurut Syekh al-Albani (Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi, no: 470).
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ مَسْعَدَةَ حَدَّثَنَا مَيْمُونُ بْنُ مُوسَى الْمَرَائِىُّ عَنِ الْحَسَنِ عَنْ أُمِّهِ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَرْكَعُ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْوِتْرِ وَهُوَ جَالِسٌ.
Abdullah menceritakan kepada kami, Bapak saya menceritakan kepada saya, Hammad bin Mas’adah menceritakan kepada kami, Maimun bin Musa al-Mara’i menceritakan kepada kami, dari al-Hasan, dari ibunya, dari Ummu Salamah: bahwa Rasulullah Saw melaksanakan shalat dua rakaat setelah Witir dalam keadaan duduk. (HR. Ahmad).
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصٌ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ عَنِ الأَعْمَشِ عَنْ أَبِى سُفْيَانَ عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ خَافَ أَنْ لاَ يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ فَإِنَّ صَلاَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ ». وَقَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ مَحْضُورَةٌ.
Abu Bakar bin Abi Syaibah menceritakan kepada kami, Hafsh dan Abu Mu’awiyah menceritakan kepada kami, dari al-A’masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang khawatir tidak bangun di akhir malam, maka hendaklah ia melaksanakan Witir di awal malam. Siapa yang sangat ingin bangun di akhir malam, maka hendaklah ia melaksanakan Witir di akhir malam. Karena sesungguhnya shalat di akhir malam itu disaksikan (malaikat), itu afdhal (lebih utama)”. Abu Mu’awiyah berkata, “Dihadiri (malaikat)”. (HR. Muslim).
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ قَالَ وَجَدْتُ فِى كِتَابِ أَبِى حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِى هَاشِمٍ حَدَّثَنَا زَائِدَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ لأَبِى بَكْرٍ « مَتَى تُوتِرُ ». قَالَ أَوَّلَ اللَّيْلِ بَعْدَ الْعَتَمَةِ. قَالَ « فَأَنْتَ يَا عُمَرُ ». قَالَ آخِرَ اللَّيْلِ. قَالَ « أَمَّا أَنْتَ يَا أَبَا بَكْرٍ فَأَخَذْتَ بِالثِّقَةِ وَأَمَّا أَنْتَ يَا عُمَرُ فَأَخَذْتَ بِالْقُوَّةِ ».
Abdullah berkata, “Saya temukan dalam kitab Bapak saya, Abu Sa’id Mawla Bani Hasyim menceritakan kepada kami, Za’idah menceritakan kepada kami, Abdullah bin Muhammad menceritakan kepada kami, dari Jabir bin Abdillah, bahwa Rasulullah Saw berkata kepada Abu Bakar, “Kapankah engkau melaksanakan shalat Witir?”. Ia menjawab, “Pada awal malam, setelah shalat Isya’”. Rasulullah Saw bertanya, “Engkau wahai Umar?”. Umar menjawab, “Di akhir malam”. Rasulullah Saw berkata, “Adapun engkau wahai Abu Bakar, engkau telah mengambil dengan keyakinan. Sedangkan engkau wahai Umar, engkau telah mengambil dengan kekuatan”. (HR. Ahmad).
somadku@yahoo.com
somadmorocco.blogspot.com
عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا ».
Dari Nafi’, dari Ibnu Umar, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Jadikanlah shalat terakhir kamu pada waktu malam adalah shalat Witir”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا مُلاَزِمُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنِى عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بَدْرٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ طَلْقِ بْنِ عَلِىٍّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « لاَ وِتْرَانِ فِى لَيْلَةٍ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ. وَاخْتَلَفَ أَهْلُ الْعِلْمِ فِى الَّذِى يُوتِرُ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ ثُمَّ يَقُومُ مِنْ آخِرِهِ فَرَأَى بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَمَنْ بَعْدَهُمْ نَقْضَ الْوِتْرِ وَقَالُوا يُضِيفُ إِلَيْهَا رَكْعَةً وَيُصَلِّى مَا بَدَا لَهُ ثُمَّ يُوتِرُ فِى آخِرِ صَلاَتِهِ لأَنَّهُ « لاَ وِتْرَانِ فِى لَيْلَةٍ ». وَهُوَ الَّذِى ذَهَبَ إِلَيْهِ إِسْحَاقُ. وَقَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَغَيْرِهِمْ إِذَا أَوْتَرَ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ ثُمَّ نَامَ ثُمَّ قَامَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ يُصَلِّى مَا بَدَا لَهُ وَلاَ يَنْقُضُ وِتْرَهُ وَيَدَعُ وِتْرَهُ عَلَى مَا كَانَ. وَهُوَ قَوْلُ سُفْيَانَ الثَّوْرِىِّ وَمَالِكِ بْنِ أَنَسٍ وَابْنِ الْمُبَارَكِ وَالشَّافِعِىِّ وَأَهْلِ الْكُوفَةِ وَأَحْمَدَ. وَهَذَا أَصَحُّ لأَنَّهُ قَدْ رُوِىَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَدْ صَلَّى بَعْدَ الْوِتْرِ. (الترمذي).
Hannad menceritakan kepada kami, Mulazim bin ‘Amr menceritakan kepada kami, Abdullah bin Badr menceritakan kepada saya, dari Qais bin Thalq bin Ali, dari Bapaknya, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada dua Witir dalam satu malam”. Abu Isa berkata, “Ini hadits hasan Gharib”.
Para ulama berbeda pendapat tentang orang yang telah melaksanakan shalat Witir pada awal malam, kemudian ia bangun di akhir malam, sebagian ulama dari kalangan shahabat nabi dan setelah mereka berpendapat Witir tersebut dibatalkan dengan menambahkan satu rakaat, kemudian melaksanakan shalat malam sesuai yang ia kehendaki. Kemudian melaksanakan Witir pada akhir shalatnya, karena tidak boleh ada dua shalat Witir dalam satu malam. Ini adalah pendapat Ishaq.
Sebagian ulama dari kalangan shahabat nabi dan lainnya berpendapat, jika seseorang telah melaksanakan shalat Witir pada awal malam, kemudian ia tidur, kemudian ia bangun pada akhir malam, maka ia (boleh) melaksanakan shalat sesuai yang ia kehendaki, ia tidak perlu membatalkan Witirnya, ia biarkan shalat Witir yang telah ia laksanakan seperti apa adanya. Ini adalah pendapat Sufyan ats-Tsauri, Malik bin Anas, Ibnu al-Mubarak, Imam Syafi’i, penduduk Kufah dan Imam Ahmad bin Hanbal. Pendapat ini lebih shahih, karena terdapat beberapa riwayat dari Rasulullah Saw menyebutkan bahwa beliau melaksanakan shalat setelah shalat Witir. (HR. At-Tirmidzi).
Hadits ini shahih menurut Syekh al-Albani (Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi, no: 470).
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ مَسْعَدَةَ حَدَّثَنَا مَيْمُونُ بْنُ مُوسَى الْمَرَائِىُّ عَنِ الْحَسَنِ عَنْ أُمِّهِ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَرْكَعُ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْوِتْرِ وَهُوَ جَالِسٌ.
Abdullah menceritakan kepada kami, Bapak saya menceritakan kepada saya, Hammad bin Mas’adah menceritakan kepada kami, Maimun bin Musa al-Mara’i menceritakan kepada kami, dari al-Hasan, dari ibunya, dari Ummu Salamah: bahwa Rasulullah Saw melaksanakan shalat dua rakaat setelah Witir dalam keadaan duduk. (HR. Ahmad).
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصٌ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ عَنِ الأَعْمَشِ عَنْ أَبِى سُفْيَانَ عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ خَافَ أَنْ لاَ يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ فَإِنَّ صَلاَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ ». وَقَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ مَحْضُورَةٌ.
Abu Bakar bin Abi Syaibah menceritakan kepada kami, Hafsh dan Abu Mu’awiyah menceritakan kepada kami, dari al-A’masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang khawatir tidak bangun di akhir malam, maka hendaklah ia melaksanakan Witir di awal malam. Siapa yang sangat ingin bangun di akhir malam, maka hendaklah ia melaksanakan Witir di akhir malam. Karena sesungguhnya shalat di akhir malam itu disaksikan (malaikat), itu afdhal (lebih utama)”. Abu Mu’awiyah berkata, “Dihadiri (malaikat)”. (HR. Muslim).
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ قَالَ وَجَدْتُ فِى كِتَابِ أَبِى حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِى هَاشِمٍ حَدَّثَنَا زَائِدَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ لأَبِى بَكْرٍ « مَتَى تُوتِرُ ». قَالَ أَوَّلَ اللَّيْلِ بَعْدَ الْعَتَمَةِ. قَالَ « فَأَنْتَ يَا عُمَرُ ». قَالَ آخِرَ اللَّيْلِ. قَالَ « أَمَّا أَنْتَ يَا أَبَا بَكْرٍ فَأَخَذْتَ بِالثِّقَةِ وَأَمَّا أَنْتَ يَا عُمَرُ فَأَخَذْتَ بِالْقُوَّةِ ».
Abdullah berkata, “Saya temukan dalam kitab Bapak saya, Abu Sa’id Mawla Bani Hasyim menceritakan kepada kami, Za’idah menceritakan kepada kami, Abdullah bin Muhammad menceritakan kepada kami, dari Jabir bin Abdillah, bahwa Rasulullah Saw berkata kepada Abu Bakar, “Kapankah engkau melaksanakan shalat Witir?”. Ia menjawab, “Pada awal malam, setelah shalat Isya’”. Rasulullah Saw bertanya, “Engkau wahai Umar?”. Umar menjawab, “Di akhir malam”. Rasulullah Saw berkata, “Adapun engkau wahai Abu Bakar, engkau telah mengambil dengan keyakinan. Sedangkan engkau wahai Umar, engkau telah mengambil dengan kekuatan”. (HR. Ahmad).
loading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar